Tak dapat disangkal lagi bahwa eksistensi pemuda Islam dalam
kehidupan amat penting, karena merekalah yang memiliki potensi untuk
mewarnai perjalanan sejarah umat manusia pada umumnya. Semua ideologi
yang berorientasi pada strategi revolusi, menganggap pemuda sebagai
tenaga paling revolusioner karena secara psikologis manusia mencapai
puncak hamasah (gelora semangat) dan quwwatul jasad (kekuatan fisik)
pada usia muda. Hal tersebut menumbuhkan semangat pergerakan, perubahan,
bukan stagnasi ataupun status quo. Dalam setiap kurun waktu, kemarin,
kini dan esok, pemuda senantiasa berdiri di garis terdepan. Baik sebagai
pembela kebenaran yang gigih ataupun sebagai pembela kebatilan yang
canggih.
Di dalam Al Qur’an, peran pemuda diungkapkan dalam kisah Ashabul Kahfi
(18:9-22), kisah pemuda Ibrahim (21:60,69 dan 2:258) dan pemuda dibunuh
oleh Ashabul Uhdud (lihat tafsir Ibnu Katsir Q.S. Al Buruuj) dan para
Assabiqunal Awwalun pada umumnya berusia muda.
Pentingnya memanfaatkan masa muda digambarkan dalam hadist Rasulullah
SAW, sebagai berikut: “Manfaatkan yang lima sebelum datang yang lima:
masa mudamu sebellum datang masa tuamu; masa sehatmu sebelum datang masa
sakitmu; masa kayamu sebelum datang masa miskinmu; masa hidupmu sebelum
datang masa matimu; masa luangmu sebelum datang masa sibukmu.” (H.R. Al
Baihaqi)
• SEPULUH RISALAH PEMUDA
1. Memahami Islam
Mustahil pemuda dapat memuliakan Islam kalau mereka sendiri tidak memahami Islam (35:28, 58:11)
“Siapa yang dikehendaki Allah akan mendapat kebaikan, maka dipandaikanlah dalam agama.” (H.R. Bukhari-Muslim)
“Dunia ini terkutuk dan segala isinya terkutuk kecuali dzikrulloh dan
yang serupa itu dan orang alim dan penuntut ilmu.” (H.R. At Tirmizi)
2. Mengimani segenap ajaran Islam
Iman kepada Allah dan Rasul-Nya pada hakikatnya merupakan sebuah sikap
mental patuh dan tunduk (23:51). Tunduk patuh berlandaskan cinta
kepada-Nya (2:165) dan ittiba’ (mengikuti) rasul-Nya (3:31, 53:3-4).
3. Mengamalkan dan mendakwahkan Islam
Ciri orang yang tidak mengalami kerugian (khusrin) dalam hidup adalah
senantiasa mengamalkan dan mendakwahkan Islam (103:1-3, 41:33, 3:110,
9:71, 5:78-79).
“barang siapa menyeru kepada kebaikan maka ia akan memperoleh pahala sepadan dengan orang yang mengerjakannya.” (H.R. Muslim)
4. Berjihad dijalan Islam
Jihad adalah salah satu hal yang diwajibkan Allah kepada kaum muslimin. Said Hawa membagi jihad menjadi lima macam :
a. Jihad Lisaani, menyampaikan dakwah Islam kepada orang-orang kafir,
munafik dan fasiq yang disertai dengan hujjah (argumentasi) yang
dicontohkan oleh Nabi SAW. (5:62)
b. Jihad Maali atau jihad dengan harta (49:15, 9:111). Jihad dengan
harta merupakan bagian vital bagi jihad yang lainnya, karena dakwah
memerlukan sarana dan prasarana.
c. Jihad Bilyad wan nafs atau jihad dengan tangan/kekuatan dan jiwa
(22:39, 2:190, 8:39, 9:36). Termasuk dalam jihad ini adalah menentang
orang kafir, berusaha mengusir mereka dari bumi Islam, memerangi kaum
murtad dalam negeri Islam, melawan pemberontakan atau pembangkangan atas
negara Islam.
d. Jihad Siyaasi atau jihad politik.
e. Jihad Tarbawi/ta’limi, yakni bersungguh-sungguh mengajarkan,
menyampaikan ilmu dan mendidik orang-orang yang ingin memahami Islam
(3:79)
5. Sabar dan istiqomah di atas jalan Islam (21:83-85, 38:41-44, 37:100-107, 21:68-69, 71:5-9)
Keimanan harus dilanjutkan dengan kesabaran dan istiqamah. “Keyakinan
dalam iman haruslah secara bulat dan kesabaran itu setengah dari iman.”
(H.R. Abu Nu’aim)
6. Mempersaudarakan manusia dalam ikatan Islam
Pemuda seharusnya berperan dalam menjalin ukhuwah islamiyah sesama
muslim (8:63, 59:9). “Setiap mukmin yang satu bagi mukmin lainnya
bagaikan suatu bangunan, antara satu dengan yang lainnya saling
mengokohkan,” (Al hadist)
7. Menggerakkan dan mengarahkan potensi umat Islam
Potensi umat Islam perlu diarahkan ke dalam amal jama’i secara efektif dan efisien (3:146)
8. Optimis terhadap masa depan Islam
Pemuda Islam tak boleh memiliki jiwa pesimis. Sebaliknya, harus optimis
akan hasil perjuangan dan pertolongan serta balasan dari Allah SWT.
Hanya orang kafirlah yang memiliki sifat pesimis (12:87, 15:56).
9. Introspeksi diri (muhasabah) terhadap segala aktivitas yang telah dilakukan
Introspeksi dan evaluasi dimaksudkan agar pemuda tidak mengulang
kesalahan yang sama di hari mendatang, tidak terjebak dengan
permasalahan yang sama dan mampu memperbaiki diri ke arah yang lebih
baik (13:11).
“Seorang yang sempurna akalnya ialah yang mengoreksi dirinya dan bersiap
dengan amal sebagai bekal untuk mati.” (H.R. At Tirmizi)
10. Ikhlas dalam segenap pengabdian di jalan Islam
Memurnikan niat karena Allah dalam ibadah, dan jihad merupakan masalah fundamental agar amal itu diterima sekaligus sukses.
“Sesungguhnya Allah menolong umat ini hanya karena orang-orang yang
lemah di antara mereka yaitu dengan dakwah, shalat dan ikhlas mereka,”
(H.R. An Nasai dari Sa’ad bin Abi Waqash)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar